A Song of Ice and Fire akhirnya terjadi pada musim tayang terakhir.
Paling tidak, itulah tafsir sebagian besar penonton fanatik serial Game of Thrones, nyanyian es dan api adalah bahwa persatuan Jon Snow (Kit Harrington) dan Daenerys Targaryen (Emilia Clarke) karena dua protagonist itu –dari tujuh keluarga besar jagat Westeros yang rebutan tahta—yang paling banyak melalui derita, darah dan musim dingin yang berkepanjangan.
Musim tayang final ini kembali pada awal cerita: winter is coming, sebuah musim dingin dalam jagat Westeros ciptaan novelis George RR Martin ini berarti hari hari gelap jauh lebih panjang daripada hari yang beruraian sinar matahari.Terminologi winter is coming itu kemudian menjadi salah satu kalimat paling populer sepanjang dekade itu sebetulnya keluar dari mulut Lord Eddard “Ned” Stark (Sean Bean), Kepala House of Stark yang diangkat sebagai Hand of King, sebutan bagi Patih, dari Raja dari tujuh kerajaan Robert Baratheon (Mark Addy). Begitu setianya Ned kepada sang raja, begitu setianya dia pada peraturan, pada undang-undang, justru karena itulah musim tayang pertama kepala Ned ditebas atas perintah Raja Joffrey Baratheon (Jack Gleeson), putera Robert yang sebetulnya bukan putera sang Raja.
Pada musim tayang ke delapan yang hanya terdiri dari enam episode, seluruh penggemar fanatik novel maupun serial HBO ini sudah menjadi ‘warga Westeros’ yang harap cemas menanti apa yang terjadi dengan keluarga Stark. Sejak musim tayang pertama, setelah Ned Stark dieksekusi, anak-anaknya mengalami derita yang tak berkesudahan. Isteri Ned, Catelyn (Michelle Fairley) dan Robb Stark (Richard Madden) tewas dibunuh dalam peristiwa, yang kelak disebut oleh para penonton, The Red Wedding. Sansa Stark (Sophie Turner), puteri tercantik dilempar dari satu lelaki ke lelaki lain hingga akhirnya pada musim tayang enam dan tujuh, Sansa tumbuh menjadi perempuan muda yang tangguh, penuh strategi dan perkasa. Sang adik, Arya Stark (Maissie Williams) yang sejak kecil membenci segala kegiatan berbau ‘feminin’ –menyulam dan berdandan—lebih mahir memanah dan bermain pedang. Pada saat krisis politik memuncak, Arya akhirnya meninggalkan pusat kota dan berkelana dari satu tempat ke tempat lainnya; sempat menyamar menjadi anak lelaki dan juga pernah meladeni dapur Pak Tywin Lanister (Charles Dance). Tetapi persinggahannya yang terpenting adalah negeri seberang Braavos tempat Arya nyantrik di House Black and White. Pada akhir musim tayang 6 dan 7, Arya menjelma menjadi pembunuh berdarah dingin. Dengan mudah, hasil berilmu dari Jaqen H'ghar yang mampu mengubah wajahnya dengan kulit wajah mereka yang sudah mati, Arya berhasil membalas dendam para pembunuh ibu dan abangnya.
Dua saudara Stark lain adalah Bran Stark (Isaac Hempstead Wrigh), adik lelaki yang lumpuh yang terpaksa mengarungi seluruh Westeros dengan satu tim yang menyangganya dan pada satu titik akhir menjelma menjadi Third Eye Raven, sesosok mahluk yang mampu melihat masa lalu dan masa depan. Tokoh terpenting dalam serial ini adalah Jon Snow (Kit Harrington), yang selama ini dikenal sebagai kakak satu ayah lain ibu. Jon Snow selalu disebut sebagai ‘bastard’ (anak di luar nikah ) karena konon dia putera Ned Stark dari perempuan lain yang tidak dikawininya.
Identitas Jon Snow sesungguhnya inilah yang menjadi satu kunci penting dari seluruh serial Game of Thrones, yang kemudian terungkap pada musim tayang ke tujuh. Jon selalu digambarkan sebagai pemuda ksatria yang mahir bertarung, berhati emas, tampan luar biasa dan selalu mengorbankan dirinya untuk orang lain. Dengan kualitas seperti ini, Jon seringkali dikhianati dan bahkan pernah dibunuh anak-anak buahnya , anggota Night Watch, meski akhirnya dia bisa ‘dihidupkan kembali oleh sihir Melissandre.
Jon Snow adalah Komandan pasukan penjaga tembok tinggi besar di Utara yang memisahkan kaum ‘beradab’ dengan para mahluk di luar sana—Pasukan Kaum Mayat-- yang suatu saat dikhawatirkan akan menyerang. Pada musim tayang ke delapan inilah Great War antara manusia dengan Pasukan Kaum Mayat yang dipimpin The Night King , pimpinan para mayat hidup, akan berlangsung. Jon Snow , bersama Tyrion Lannister (Peter Dinklage) sudah mencoba sebisanya meyakinkan semua pihak dari lima keluarga besar bangsawan yang selama ini saling berebut tahta, saling intrik, saling tipu, saling bunuh untuk bisa duduk di atas tahta, termasuk Ratu Cersei Lannister (Lena Headey) , ratu keji dan licik yang berbisa. Apa boleh buat, di mata Jon Snow, menghadapi mahluk mistis dari balik tembok itu jauh lebih menakutkan daripada menghadapi musuh yang masih bernapas.
Pada episode pertama musim tayang ke delapan yang berjudul Winterfell ini ditunggu-tunggu Senin lalu, seluruh keluarga Stark –minus mereka yang sudah tewas –akhirnya bertemu kembali setelah dikoyak-koyak kekejian keluarga Lannister. Ada satu persoalan, si adik , Sansa Stark tak terlalu girang bahwa abang Jon Snow pulang bersama ratu jelita Daenerys Targaryen (Emilia Clarke). Bukan saja karena Jon Snow sudah dianggap sebagai Raja Utara, tetapi Ratu Daenerys adalah mahluk yang tak bisa terbakar api; memiliki ribuan pasukan kuat dan dua ekor naga yang setiap saat bisa membakar seluruh Winterfell, kalau kepingin. Siapa yang berani melawannya? Jadi Sansa hanya bisa bersikap judes, “Lagian, bagaimana saya bisa memberi makan ? Apa sih makanan naga?”
“Apa saja yang mereka inginkan,” jawab sang Ratu dingin karena menyadari adik Jon tak menyukai dirinya.
Ini memang membuat suasana tak enak karena Jon dan Daenerys secara diam-diam sudah berpacaran; sudah menunggangi naga bersama-sama mengarungi langit dan sudah bercium-ciuman (dan seterusnya). Yang ribut tentu saja penonton yang telanjur sudah mengetahui identitas Jon Snow yang sesungguhnya berhubungan darah dengan Sang Ratu, ibu para naga. Inses? Sudah dari musim tayang pertama, persoalan inses adalah salah satu penyebab peperangan antar para raja.
Sementara itu Jon Snow yang sudah pernah bertarung melawan Pasukan Kaum Mayat mencoba meyakinkan semua orang di Winterfell bahwa pasukan yang mereka akan hadapi ini adalah mayat yang dihidupkan The Night King dan tak akan pernah bisa mati kecuali dengan api atau pisau yang terbuat dari batu dragonglass. “Itulah musuh kita yang sesungguhnya. Kalau kita tak serius menghadapi mereka, kita akan menjadi bagian mereka: mayat hidup yang bertarung untuk The Night King.”
Musim tayang terakhir juga menyajikan perpecahan pasangan /kakak-adik kembar Cersei dan Jaime Lannister (Nikolaj Coster-Waldau). Cersei yang berjanji akan menyumbang pasukan melawan Pasukan Kaum Mayat ternyata berbohong belaka dan bermaksud membiarkan kerajaan di utara menghadapinya sendiri, “setelah itu barulah kita berperang melawan Utara”, katanya kepada Jaime, sang adik/kekasih yang terkejut mendengar rencana licik sang Ratu/kakak/kekasihnya. Ketika Jaime akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Cersei, maka ada ‘harga’ yang kelak harus dibayar. Sang kakak/ratu memberi harga bagi kepala Jaime.
Sebagaimana episode perdana dari sebuah musim tayang final dari sebuah serial terbesar ini, sudah pasti episode ini berisi persiapan menjelang Perang Besar, seperti semacam Bharatayudha versi penulis George RR Martin. Penonton dan pembaca novel George RR Martin tak akan tahu siapa yang akan tewas, dan siapa yang bertahan karena serial ini sudah melampaui serial novel Martin. Dia belum menyelesaikan novel akhirnya, maka musim tayang ini, cerita serial HBO tersebut dieksekusi berdasarkan outline Martin yang kemudian ditumpahkan menjadi skenario. Setelah ribuan orang baik dan ribuan tokoh jahat tewas sepanjang tujuh musim tayang, maka lima episode ke depan akan menyajikan darah , airmata dan kejutan yang menyenangkan sekaligus menyedihkan.
Dugaan saya, satu generasi dari seluruh keluarga mungkin akan selesai, kecuali satu dua tokoh yang dipertahankan hidup. Akhir dari sebuah epik lazimnya adalah awal dari untaian generasi baru.
Game of Thrones, meski sebuah kisah fantasi, telah berhasil menjadi serial televisi yang bukan saja populer, tetapi tokoh-tokohnya menjadi ikon karakterisasi percaturan politik dalam kisah nyata. Setiap Senin jam delapan pagi, Indonesia beserta jutaan penonton lain di dunia akan melekat di depan televisi menyaksikan detik-detik akhir nasib jagat Westeros.
GAME OF THRONES
Musim Tayang 8, Episode 1: Winterfell
Kreator: David Benioff dan DB Weiss
Berdasarkan novel karya George R.R Martin
Pemain: Kit Harrington, Emilia Clarke, Nikolaj Coster-Waldau, Peter Dinklage, Lena Headey, Maissie Williams, Sophie Turner, Lia Cunningham, Alfie Allen, Gwendoline Christie, Iain Glenn, Rose Leslie
Saluran : HBO